Kunjungan Teman

Wednesday, December 19, 2012

2 Januari 2013, Waktu Perdagangan BEI Berubah

Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengubah waktu perdagangan saham di bursa dengan mempercepat masa transaksi yang akan diterapkan mulai 2 Januari 2013.

Dalam keterangan di Jakarta, Rabu (19/12), disebutkan waktu sesi pra pembukaan (pre-opening) dan perdagangan sesi I dan II di pasar reguler, tunai dan pasar negoisasi mengalami perubahan.

Misalnya untuk sesi pra pembukaan di pasar reguler akan berubah menjadi pukul 8.45-8.55 dibandingkan saat ini pukul 9.10-9.25.

Selanjutnya perdagangan sesi I (Senin-Kamis) di pasar reguler, tunai dan negoisasi akan berubah menjadi pukul 9.00-12.00 dibandingkan saat ini 9.30-12.00. Sedangkan untuk perdagangan Jumat dimulai pada pukul 9.00-11.30 dari saat ini pukul 9.30-11.30.

Sementara untuk sesi II perdagangan di pasar reguler (Senin-Kamis) waktunya akan berubah menjadi pukul 13.30-15.49.59 dibandingkan waktu saat ini 13.30-16.00. Sedangkan untuk perdagangan Jumat waktunya berubah menjadi 14.00-15.49.59 dibandingkan saat ini 14.00-16.00.

Untuk perdagangan sesi II (Senin-Kamis) di pasar negoisasi waktunya berubah menjadi pukul 13.30-16.15 dibandingkan saat ini 13.30-16.00.

Friday, September 21, 2012

PT Eterindo Wahanatama (ETWA)

Setelah liat saham CNKO (liat folder arsip)  hari ini, saya jadi inget salah satu saham pilihan saya bergaya "buffett's style" :D di bulan maret tahun ini dan udah lama nggak riset saham 3rd liner, saya iseng cari yang valuasi sama yaitu dengan D/E dan Current Ratio Ok (itung2an sendiri, Dividen yield dikesampingkan) dan tentunya masih undervalued dan berikut saham  pilihan saya :

Company Profile
Biodiesel Manufacturer and Chemicals Trading in Southeast Asia
Eterindo group's activities started with trading of chemical products. PT Eterindo Wahanatama Tbk was incorporated in 1992 as the holding company and listed on IDX in 1997. Today, Eterindo has diversified the group business into a resources based one by Biodiesel manufacturing, Oil-palm plantation operations and chemicals trading.
In addition to the domestic market, Eterindo exports its products worldwide such as Southeast Asia, China, India, Bangladesh, Middle East, Japan, Korea, Australia and United States.
In line with increasing global fuel demand and reducing fossil energy resources, including petro diesel, we are looking into the need of creating alternative fuel which is not only serve as a diversification or alternative to the conventional fuel oil but also as an environment friendly source of energy.
We have succesfully completed modifying our existing production facilites in Gresik to enable the plant to produce Biodiesel/Palm-Methyl-Esther. Currently, commercial production capacity is 140,000 MTPA.
In 2010, Eterindo acquired 2 oil-palm plantation companies in West Kalimantan to strengthen its biodiesel business by having a secure supply of raw material as a vital component of vertical integration. The Total land area is 40,000 Ha, of which total plantable area is around 24,000 Ha. The plantation is targeted to be completed in 2015 with the production of CPO approximately 130,000 - 160,000 MTPA.

last news : PT Eterindo Wanatama Tbk (ETWA) membukukan laba bersih sebesar Rp 11,55 miliar atau Rp 11,93 per saham pada kuartal I 2012. Laba bersih kuartal I 2012 menunjukan kenaikan 55,14% bila dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal I tahun lalu sebesar Rp 7,45 miliar atau Rp 7,69 persaham. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan perseroan dari Rp 226,17 Miliar pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 227 miliar pada kuartal I tahun ini. Dan Beban pokok perseroan juga mengalam penurunan dari Rp 208,92 miliar menjadi Rp 198,99 miliar pada kuartal I tahun ini.

Berikut Valuasi saham ETWA :






Sumber : reuters

Analisa Teknikal :

Akumulasi Buy : 300 - 320 - 350
TP 1 : 610 - 660
Buy them when they're sleep, hold them when the're creep, sell them when they're leap
Good Luck

Wednesday, September 12, 2012

(A)ll (D)ay (I) (D)ream (A)bout (S)tock

(A)ll (D)ay (I) (D)ream (A)bout (S)tock, bukan beriklan merk Adidas, apalagi dapet sponsor dari Adidas blog ini (hahahaa,...ha).

Tulisan ini terinspirasi dari lagunya KoRn grup musik cadas dari amrik dengan judul lagu yg sama dengan merk gambar disebelah (yang ngebedain adalah kepanjangan huruf "S"nya..yg berbau porno..Hehe).

Ok langsung saja maksud uneg-uneg saya ya semoga jadi inspirasi buat rekan-rekan yg telah mengunjungi blog saya ini. sebelumnya saya cerita tentang macem-macem tipe trader berdasarkan apa yang sy liat selama berkecimpung di dunia pasar modal indonesia.

yg pertama tipe scalper, trader scalper memiliki kemampuan dan skill diatas rata-rata, dan sense of trading yg tinggi seperti sense mamalia predator (sense spt ini sulit untuk dipelajari). tools trader scalper canggih, mereka terinspirasi dengan istilah "forget the news, focus on price". pendek kata posisi selalu in cash ketika market open. tipe yg kedua, adalah news trader, news trader update terhadap informasi, mereka selalu terdepan dalam mendapatkan info, mereka jago dalam ambil posisi ketika suatu emiten akan melakukan "corporate action" (saya punya temen spt ini, contoh paling mutakhir saham IBST, MPPA, bocoran nih dia infoin buy MLPL saat ini, kt liat deh) dan tidak peduli dengan valuasi fundamental suatu perusahaan, mau P/E rasio 100x PBV 3x..bla..bla..bla mereka tidak peduli selama sahamnya masih diperdagangakan tiap harinya, mereka akan hajar offer. ketiga, teknikal trader, baik itu swinger trader, momentum trader, dan lain-lainlah. tipe trader ketiga ini mempunyai kemampuan analisa diatas rata-rata, annalisa trader spt ini tidak pake sistem top down, walaupun IHSG signal reversal dari Peaknya, mereka akan loncat ke emiten tersebut...motto mereka (menurut saya "plan your trade and trade your plan". dan feeling trader, meskipun aneh tp ada loh yg seperti ini, dan jangan salah mereka juga sering dapet gain yg lebih tinggi dr tipe trader laennya, hoki mereka besar bos...(sy sering ketawa-ketawa bareng org tipe spt ini...kadang disindir-sindir..."tul kan?". Dan yang terakhir tipe trader bottom up (funamentalist), mereka akan valuasi terlebih dahulu dan execute secara bertahap emiten tertentu dan bungkus abis, mau 10tahun nggak masalah Bos... *)

bagaimana dengan tipe trading saya? ahh gak tau deh, yg bisa menilai kan orang laen...hmmm, ok maksud tulisan sy (tulisan 15 menit) adalah....cari tau tipe anda seperti apa dan cocok dengan waktu, uang, skill dan lain-lain...jangan sampe jadi Adidas Trader, yang sampe mimpipun mimpinya ENRG, KARK atau laennya...hahaha!

God Save The Trader...JUST DO IT....Goooddd luckkkk!

*) tipe trader diatas bisa berubah-ubah karena kriteria dari apa yang saya liat, bisa nambah bisa juga kurang.

Tuesday, September 11, 2012

how long it takes for the "magic potion" will last?

Asterix dan ramuan ajaib yang memberikan kekuatan luar biasa pada mereka yang meminumnya. saya analogikan seperti itu kebijakan yang dilakukan bagi ekonomi di eropa dan amerika pasca krisis mortgage 2008 hingga sekarang setelah membaca artikel Marc Faber.

Campur tangan pemerintah yang luar biasa besar dengan kebijakan pelonggaran moneter yang konon akan tetap dilakukan hingga 2015 dan quantitive easing yang telah dilakukan sebanyak 2 kali (next QE3) menghasilkan antidot yg luar biasa khususnya di pasar modal. Kebijakan ini tentunya direspon dengan argumen pro dan kontra dari beberapa ahli ekonomi seperti Roubini, Marc Faber, Jim Rogers.

Pemerintahan Obama dengan rezim Keynesian yang yang dikomandoin oleh Bernanke, Bos The Fed adalah rezim yg telah berhasil membuat kinclong salah satu leading indikator ekonomi yaitu Indeks saham Dow Jones.

Eropa, kawasan ini pun melakukan kebijakan yg sama dengan apa yg dilakukan rezim Obama, berulang kali pasar dibuat galau dengan indikator makro di eropa, setiap kali itu pula petinggi2 di kawasan ini melakukan manuver dengan pernyataan terlebih dahulu dan diikuti oleh kebijakan moneter sementara Marc faber said: "I'm very concerned that regardless of who will be in the white house next year, the republicans or the democrats, the fiscal deficit will stay above a trillion dollars as far as the eye can see. and that more money printing is on the way, QE3, QE4, and so forth and so on. .  - in CNBC The Call 06 Sept 2012 . GDP yang masuk kontraksi beberapa kali dan utang yang besar di negara-negara eropa, stagflasi pengangguran yang masih tinggi di amerika, menyisakan pertanyaan 'seberapa efektifkah monetary policy?"

Beberapa indikasi sebagai tanda-tanda "the bull is over" seperti treasury yield yang beberapa kali naek tinggi ; laba perusahaan besar menunjukan penurunan (terakhir fed ex) ; jumlah saham yang naek mulai turun ; consumer spending yang turun ; dan terakhir menurut saya oil price yang masih berada di harga yang wajar, jika oil naek, akan semakin membebankan kegiatan ekonomi.


yang menjadi bahan pertanyaan buat kita orang yang awam dan lagging info dan knowledge adalah : "how long it takes for the magic potion will last?'  Apakah Obama menang pada pemilu di Amerika dan tetep mempertahankan kebijakannya seperti sekarang.... anyone....??????

  

Wednesday, September 5, 2012

Is The Stock Market Cheap?







● TTM P/E ratio = 15.9 (15.9)
● P/E10 ratio = 21.5 (21.6)


The Valuation Thesis
A standard way to investigate market valuation is to study the historic Price-to-Earnings (P/E) ratio using reported earnings for the trailing twelve months (TTM). Proponents of this approach ignore forward estimates because they are often based on wishful thinking, erroneous assumptions, and analyst bias.
TTM P/E Ratio
The “price” part of the P/E calculation is available in real time on TV and the Internet. The “earnings” part, however, is more difficult to find. The authoritative source is the Standard & Poor’s website, where the latest numbers are posted on the earnings page. (See the footnote below for instructions on accessing the file).
The table here shows the TTM earnings based on “as reported” earnings and a combination of “as reported” earnings and Standard & Poor’s estimates for “as reported” earnings for the next few quarters. The values for the months between are linear interpolations from the quarterly numbers.
The average P/E ratio since the 1870′s has been about 15. But the disconnect between price and TTM earnings during much of 2009 was so extreme that the P/E ratio was in triple digits — as high as the 120s — in the Spring of 2009. In 1999, a few months before the top of the Tech Bubble, the conventional P/E ratio hit 34. It peaked close to 47 two years after the market topped out.
As these examples illustrate, in times of critical importance, the conventional P/E ratio often lags the index to the point of being useless as a value indicator. “Why the lag?” you may wonder. “How can the P/E be at a record high after the price has fallen so far?” The explanation is simple. Earnings fell faster than price. In fact, the negative earnings of 2008 Q4 (-$23.25) is something that has never happened before in the history of the S&P 500.
Let’s look at a chart to illustrate the unsuitability of the TTM P/E as a consistent indicator of market valuation.
The P/E10 Ratio
Legendary economist and value investor Benjamin Graham noticed the same bizarre P/E behavior during the Roaring Twenties and subsequent market crash. Graham collaborated with David Dodd to devise a more accurate way to calculate the market’s value, which they discussed in their 1934 classic book, Security Analysis. They attributed the illogical P/E ratios to temporary and sometimes extreme fluctuations in the business cycle. Their solution was to divide the price by a multi-year average of earnings and suggested 5, 7 or 10-years. In recent years, Yale professor Robert Shiller, the author ofIrrational Exuberance, has reintroduced the concept to a wider audience of investors and has selected the 10-year average of “real” (inflation-adjusted) earnings as the denominator. As the accompanying chart illustrates, this ratio closely tracks the real (inflation-adjusted) price of the S&P Composite. The historic average is 16.4. Shiller refers to this ratio as the Cyclically Adjusted Price Earnings Ratio, abbreviated as CAPE, or the more precise P/E10, which is my preferred abbreviation.
The Current P/E10
After dropping to 13.3 in March 2009, the P/E10 rebounded to an interim high of 23.5 in February of last year and is now at 21.5. The next chart gives us a historical context for these numbers. The ratio in this chart is doubly smoothed (10-year average of earnings and monthly averages of daily closing prices). Thus the fluctuations during the month aren’t especially relevant (e.g., the difference between the monthly average and monthly close P/E10).

Of course, the historic P/E10 has never flat-lined on the average. On the contrary, over the long haul it swings dramatically between the over- and under-valued ranges. If we look at the major peaks and troughs in the P/E10, we see that the high during the Tech Bubble was the all-time high above 44 in December 1999. The 1929 high of 32.6 comes in at a distant second. The secular bottoms in 1921, 1932, 1942 and 1982 saw P/E10 ratios in the single digits.
Where does the current valuation put us?
For a more precise view of how today’s P/E10 relates to the past, our chart includes horizontal bands to divide the monthly valuations into quintiles — five groups, each with 20% of the total. Ratios in the top 20% suggest a highly overvalued market, the bottom 20% a highly undervalued market. What can we learn from this analysis? The Financial Crisis of 2008 triggered an accelerated decline toward value territory, with the ratio dropping to the upper second quintile in March 2009. The price rebound since the 2009 low pushed the ratio back into the top quintile, and it has since hovered around that boundary. By this historic measure, the market is expensive, with the ratio approximately 31% above its average (arithmetic mean) of 16.5 (16.45 to two decimal places). Last month it was 28% above.
I’ve also included a regression trendline through the P/E10 ratio for the edification of anyone who believes the price-earnings ratio has naturally tended higher over time as markets evolve. The latest ratio is about 15% above trend, up from 12% last month. Critics of this more optimistic view would point to the unprecedented P/Es of the Tech Bubble as the explanation for this “unnatural” slope to the regression.
We can also use a percentile analysis to put today’s market valuation in the historical context. As the chart below illustrates, latest P/E10 ratio is approximately at the 83rd percentile of the 1580 data points in this series.







A more cautionary observation is that when the P/E10 has fallen from the top to the second quintile, it has eventually declined to the first quintile and bottomed in single digits. Based on the latest 10-year earnings average, to reach a P/E10 in the high single digits would require an S&P 500 price decline below 540. Of course, a happier alternative would be for corporate earnings to continue their strong and prolonged surge. If the 2009 trough was not a P/E10 bottom, when might we see it occur? These secular declines have ranged in length from over 19 years to as few as three. The current decline is now in its 12th year.
Or was March 2009 the beginning of a secular bull market? Perhaps, but the history of market valuations suggests a cautious perspective.






Thursday, August 30, 2012

Modal BI Makin Tergerus, Pemerintah Jaga-jaga

Jakarta - Pemerintah mengungkapkan modal Bank Indonesia (BI) kian tergerus hingga mendekati batas minimum permodalan bank sentral sebesar Rp 2 triliun. Pemerintah menyatakan siap untuk mengalokasikan dana yang dimasukkan ke dalam risiko fiskal jika modal BI telah menyentuh batas minimum.

"Sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, modal BI ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya Rp 2 triliun," jelas pemerintah dalam Nota Keuangan yang dikutip detikFinance, Senin (27/8/2012).

"Dalam hal terjadi risiko atas pelaksanaan tugas dan wewenang BI yang mengakibatkan modalnya berkurang dari Rp 2 triliun, sebagian atau seluruh surplus tahun berjalan dialokasikan untuk cadangan umum guna menutup risiko dimaksud," jelas nota itu.

Setelah dilakukan upaya pengalokasian surplus tahun berjalan untuk cadangan umum jumlah modal BI masih kurang dari Rp 2 triliun, pemerintah menyatakan wajib menutup kekurangan tersebut yang dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPR.

"Namun sebaliknya, apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI mencapai di atas 10 persen, maka BI akan memberikan bagian kepada Pemerintah atas surplusnya sebagaimana diatur dalam ketentuan perundangan tentang BI," terang pemerintah.

Dalam keterangan Pemerintah, tercatat modal BI tahun 2012 ini diestimasikan akan tergerus di posisi Rp 2,7 triliun. Angka tersebut terus menunjukkan penurunan pada periode tahun-tahun sebelumnya yang pada 2008 tercatat Rp 10,38 triliun kemudian turun ke Rp 8,88 triliun di 2009. Pada 2010 tercatat Rp 4,62 triliun dan hingga tahun 2011 modal BI tercatat hanya Rp 2,71 triliun.

Wednesday, August 29, 2012

Runtuhnya Kredibilitas China

Baru-baru ini, masyarakat internasional telah menyuarakan ketidakpercayaan atas China dari berbagai perspektif, baik politik dan ekonomi. Bahkan transaksi kotor antara pengusaha Barat dan pemerintah China sedang diungkap  untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1990-an.
Kredibilitas China tampaknya telah runtuh.
Ketidakpercayaan politik dapat dilihat dari reaksi masyarakat internasional terhadap sidang pembunuhan Gu Kailai. Karena ini adalah kasus profil tinggi yang melibatkan istri bos partai komunis Chongqing, Bo Xilai yang tersingkir, dunia mengawasi dengan ketat. Bagaimana pemerintah China menangani kasus besar yang kompleks terutama perlakuan terhadap para terdakwa dengan tingkat pengungkapan informasi-kinerja sistem peradilan China sedang diukur dan dinilai.
Apa yang orang lihat adalah sidang rekayasa terencana dengan hasil yang telah ditentukan. Pernyataan kontradiktif yang melibatkan keterlibatan pihak ketiga dalam pembunuhan, bahan kimia yang digunakan untuk membunuh pengusaha Inggris Neil Heywood, dan motif terdakwa ' pembunuhan’, telah menimbulkan kecurigaan dan menyisakan banyak pertanyaan tak terjawab.
Sebuah artikel  12 Agustus di The Telegraph berjudul "sidang pembunuhan Neil Heywood: Apakah jatuhnya 'Ratu Merah' China dipedangnya sendiri untuk menyelamatkan keluarganya?" Menimbulkan pertanyaan lebih serius.
"Rekayasa dari sidang-tertutup bagi media asing tetapi terbuka untuk beberapa anggota terpilih dari masyarakat-itu direkayasa berlatih berulang kali, menurut salah satu sumber. Dua pejabat China bahkan mengenakan pakaian seperti pejabat konsulat Inggris yang akan diundang untuk menghadiri sidang, sehingga Mrs. Gu terlatih bagaimana bereaksi dan bertingkah laku ketika di bawah pengawasan," kata artikel itu.
Skeptis telah menyarankan bahwa peracunan dari Heywood adalah peringatan serius bagi investor asing yang melakukan bisnis dengan China. Hubungan baik dengan perwakilan China, pernah dianggap sebagai kunci untuk urusan bisnis yang sukses di China, sekarang menjadi ketidakpercayaan tinggi sebagai akibat dari kasus ini.
Laporan New York Times, 14 Agustus menunjukkan bahwa investor China mungkin menemukan diri mereka di bawah pengawasan yang lebih besar dari  otoritas China dan Amerika. Serangkaian investigasi menimbulkan pertanyaan tentang payung persimpangan dan terjalin antara politik dan bisnis di China.
Artikel itu melaporkan bahwa Biro Investigasi Federal (FBI), Departemen Kehakiman AS, dan Securities and Exchange Commission sedang menyelidiki kemungkinan suap yang melibatkan taipan kasino milik Sheldon Adelson, Las Vegas Sands Corporation.
Pemerintah  China urusan Valuta Asing juga telah memulai penyelidikan dari beberapa anak perusahaan Sands ', yang diduga terlibat dalam penggunaan dana untuk tujuan bisnis selain apa yang telah dilaporkan kepada pihak berwenang.
Bahkan, situasi ini sangat umum. Para pejabat China biasanya menutup mata atas transaksi menyimpang ketika mereka memiliki hubungan yang baik dengan investor asing. Dokumen yang diperoleh menunjukkan surat dari Departemen Perdagangan dan pengadilan China telah dibekukan rekening bank dan Panitera Perusahaan dari beberapa anak perusahaan Sands '.
Pada Olimpiade London, atlet-atlet  China menjadi kecurigaan besar media Inggris. Britain’s Daily Telegraph mempublikasikan komentar Brendan O'Neill, "Mengapa kita Brits (orang Ingris) memandang atlet China sebagai penipu, aneh dan robot?" Ini dibahas tersebar banyak laporan atas prestasi super perenang Ye Shiwen, dan bagaimana pemain bulutangkis China didiskualifikasi setelah mereka sengaja mencoba untuk kalah dalam permainan. Penulis mengangkat pertanyaan seperti mengapa hanya warga Inggris melihat China sebagai menyelinap dan menipu, yang tidak seperti orang Inggris, memahami itu bermain sportif.
Indikator yang paling jelas  mengungkapkan hilangnya kredibilitas China adalah keraguan luas terbaru tentang data ekonomi China. Meskipun ada keraguan di masa lalu, mereka tidak mencapai konsensus di antara para ekonom.
Pada 2010, sebuah telegram rahasia dari kedutaan AS di Beijing terpapar oleh WikiLeaks mengungkapkan bahwa pada tanggal 12 Maret 2007, ketika Li Keqiang, Sekretaris Partai Provinsi Liaoning, sedang makan malam di kediaman duta besar AS, Li mengungkapkan bahwa GDP China angka dibuat-buat, dan tidak dapat diandalkan. Dia juga mengatakan kepada para pejabat AS bahwa untuk mengevaluasi perekonomian provinsi Liaoning ia berfokus pada tiga nomor: konsumsi daya, volume kargo kereta api, dan volume pinjaman yang diberikan. Meskipun demikian pernyataan mengungkapkan, ekonom di luar negeri banyak yang memilih untuk mengabaikan pesan ini. Sekarang kecurigaan telah menjadi lebih besar.
Pada 22 Juni, The New York Times melaporkan bahwa pemerintah lokal China memerlukan laporan angka konsumsi daya palsu  pembangkit listrik setempat, sehingga tidak melaporkan seluruh tingkat  perlambatan ke Beijing.
Juli tersebar luas 25 artikel tentang  Also Sprach Analys, website keuangan dan ekonomi berbasis di Hong Kong, mengatakan, "Kami memiliki beberapa alasan mengapa Anda harus  berhenti percaya dengan kepemimpinan China ketika membicarakan urusan perekonomian."
Sebuah film dokumenter "Kematian oleh China," diputar perdana yang di Los Angeles 15 Agustus  menyoroti intensitas ancaman perasaan beberapa orang Amerika tentang China.
Diproduksi oleh Peter Navarro, seorang profesor di University of California Departemen Irvine bidang Ekonomi, Film berduarsi 80-menit tersebut berupa wawancara dengan para politisi Amerika dan suara-suara lain dari seluruh spektrum politik menyoroti hubungan perdagangan destruktif AS-China pada lapangan kerja diAS. Film ini memperlihatkan pengabaian otoritas China atas hak asasi manusia, sistem kerja paksa China, dan bahaya bagi konsumen AS dari makanan beracun dan barang dagangan diimpor dari China. Film ini sekarang diputar di New York City hingga 30 Agustus, sebelum pindah ke serangkaian pemutaran di Ohio.
Selama bertahun-tahun, slogan populer tentang China telah berubah dari "Demam China" pada tahun 2001 dengan pujian "Maju Damai" pada tahun 2005, bersama dengan prediksi Joshua Ramo.  Hari ini, kredibilitas nasional China adalah "konsensus Beijing akan menggantikan konsensus Washington." dicurigai oleh pengamat luar di bidang politik, ekonomi, dan etika. Siapa yang salah  membawa kredibilitas nasional China  sampai titik yang rendah?
Saya percaya kita harus menyalahkan pemerintah China, termasuk para politisi dan orang-orang bisnis, mewakili China, yang berurusan dengan negara-negara asing.
Dari akhir 1990-an hingga tahun 2009, sikap utama negara-negara Barat  bersedia mempercayai  China, banyak negara, termasuk Perancis, percaya dan berharap agar  China menjadi kuat untuk menandingi Amerika Serikat.
Selama waktu itu, hanya beberapa pengamat menyatakan kecurigaan mereka terhadap China. Pertama kali tampaknya pada bulan Februari 2001, dalam sebuah laporan yang dipublikasikan dalam Far Eastern Economic Review. Artikel, "Republik Rakyat Penipu," menggambarkan bagaimana China turun ke Republik Rakyat Penipu.
Profesor Carsten A. Holz dari Hong Kong Universitas Sains dan Teknologi menerbitkan sebuah artikel, "Apakah SarjanaChina Semua Telah Dibeli?" Dalam Far Eastern Economic Review pada 2007. Artikel terakhir situasi dengan sarjana China, mendiskusikan berapa banyak dari mereka memperoleh kesempatan penelitian dan akses terhadap informasi untuk menyenangkan pemerintah China.
"Akademisi peneliti China, yang meliputi penulis, biasanya menyanjung partai komunis China, terkadang sadar, dan sering tidak sadar," kata Holz. "Insentif kami adalah untuk menyesuaikan diri, dan kami melakukannya dalam berbagai cara: melalui pertanyaan penelitian kita minta atau tidak meminta, melalui fakta-fakta yang kita laporkan atau abaikan, melalui penggunaan bahasa kami, dan melalui apa dan bagaimana kami ajarkan." Holz mengutip sebuah daftar fakta panjang, yang menyentuh daerah menyakitkan dari rekan-rekannya, yang mengarah  penerimaan dingin untuk artikelnya.
Presiden AS Abraham Lincoln memiliki kutipan terkenal, "Anda dapat menipu beberapa orang sepanjang waktu dan semua orang beberapa waktu, tetapi Anda tidak bisa menipu semua orang sepanjang waktu."
Kredibilitas Beijing kini dipertanyakan oleh seluruh dunia. Situasi membuktikan bahwa meluasnya penggunaan kebohongan dan rumor akan menyebabkan kematian politik.
He Qinglian adalah seorang ekonom dan penulis China ternama. Saat ini beradadi AS, dia menulis "Jebakan China," yang menyangkut korupsi di reformasi ekonomi China era 1990-an, dan "Kabut Sensor: Kontrol Media di China," yang membahas manipulasi dan pembatasan pers. Dia secara rutin menulis tentang isu-isu kontemporer sosial dan ekonomi China. (EpochTimes/man)

Investor Sentiment Now Even More Interesting


The poll of its members by the American Association of Individual Investors is now at 42.0% bullish, 25.9% bearish. That’s identical to its level on March 29, three days after the S&P 500 topped out into the April-June correction. (On March 29 the AAII poll was at 42.5% bullish, 25.4% bearish).
The Investors Intelligence Sentiment Index is at 51.6% bullish, its highest level of bullishness since the market top in December 2007.

The VIX Index (aka the Fear Index) is at the very low levels of fear (high bullishness) that marked all the rally and market tops of the last five years.
82812a

It’s interesting to note that the return of investor sentiment to its exact level of bullishness and confidence at its April peak is accompanied by the S&P 500 returning to its exact level at the April peak.
82812b 

Here’s another similarity
While investors have become bullish and confident again, usually savvy corporate insiders are selling heavily into the rally again.

Trim Tabs Research reports that insider selling surged to $6.1 billion in August, with insider selling amounting to 30.6 times insider buying, the highest ratio of selling to buying since Trim Tabs began tracking the data in 2004.

Thursday, July 19, 2012

Thursday, June 21, 2012

5 ways to know if the bull is over

The History Repeat itself 

"It's a total mess. I know so many people over there, they don't know what's happening. The whole euro thing is doomed. I can't see Germany bailing out other people. A lot of these countries are going to go back to their own currencies. But it won't be nearly as bad as people are saying" says Donald Trump 




1. Oil prices
    Before a bear: Oil prices often surge
    Happened yet? Yes






















2.  Treasury yields
     Before a bear: Treasury yields often run up
     Happened yet?
Yes




















3. Number of rising stocks
    Before a bear: The number of rising stocks starts to shrink
    Happened yet? moderately Yes






















4. Consumer spending
     Before a bear: Consumer spending sometimes slows
     Happened yet? Starting




















5.  Corporate earnings growth
     Before a bear: Corporate earnings growth often slows
     Happened yet? Yes 


 

Monday, February 27, 2012

EIA: Asia is the World's Largest Petroleum Consumer

2010

Asia surpassed North America as the largest petroleum consuming region in 2008. Asian demand surged nearly 15 million barrels per day from 1980 to 2010, an increase of 146%. North America's petroleum consumption increased 16% between 1980 and 2010. Global petroleum consumption increased 36%, nearly 23 million barrels per day, during the period.

Together, the Middle Eastern, Central & South American, and African share of total global oil demand grew from 11% in 1980 to 20% in 2010 (see chart below). European demand for petroleum decreased 5% from 1980 to 2010, while consumption in the Former Soviet Union fell 55% in the same period.



Source: U.S. Energy Information Administration, International Energy Statistics.

Note: Percents on graph represent that region's share of global petroleum production in that year. Percents do not sum to 100% for each year because the graph does not include Oceania, which only accounted for 1% of global consumption each year. 

BLACK STALLION

CFIN




PNLF




CNKO







ETWA





BVIC







Tuesday, February 21, 2012

IHSG by Elliott Wave (update 21 Febuari 2012)


Running Sub Wave, at the moment goes to SW5 and done as the longest Wave of  3
after done a higher hig of SW5, beware of the correction phase of W4
the target around retracement of 50.0% the level is around 3.600
is a-b-c correction on SW 4
and there will be a new higher low above 4.040 if 3.875 not breakout down
If Breakout, Goes to a-b-c correction of W4 major
other name is a Butterfly Wave Pattern Formation and going to Point C
Good Luck !!!

OR


The Worst Scenario
Done a Impulsive and it's done a Right Shoulder Formation of
a HEAD AND SHOULDER PATTERN


Tuesday, January 31, 2012

BBKP ( Bank Bukopin, Tbk)




Business Description :

PT Bank Bukopin TBK operates in the Commercial banks sector. PT Bank Bukopin Tbk is an Indonesia-based financial institution. The Bank's scope of activities include all commercial banking activities as defined in the Banking Law, with the main objective of providing services to cooperatives in Indonesia in accordance with the Law on Cooperatives. It also offers products and... services, including savings, consumer loan, commercial loan, micro banking, international banking products and e-banking. During the year ended December 31, 2010, it had 36 branches, 101 sub branches, 84 functional offices, 137 cash offices and 34 payment centers. It has 348 automated teller machines that are located throughout Indonesia. The Bank's subsidiaries are PT Bukopin Finance and PT Bank Syariah Bukopin.

Target Price : 800 - 830 at P/E Ratio 10x
Technical View : A-B-C-D Fibonaci Pattern

Friday, January 27, 2012

INDR ( P.T. Indorama Synthetics, Tbk)

Business Description

P.T. Indorama Synthetics Terbuka operates in the Throwing and winding mills sector. PT Indo-Rama Synthetics Tbk is an Indonesia-based polyester manufacturer. The Company is comprised of four divisions: polyester, which produces partially oriented yarns, draw textured yarns, fully drawn yarns, polyester staple fibers and textile grade chips; spun yarns, which manufactures cotton yarns, synthetic yarns, blended yarns, twisted yarns, yarns on dye springs and polyester sewing thread yarns; fabrics, which produces failles, georgettes, bottom wear and new fabrics; and captive power plants, which are located at Purwakarta. As of December 31, 2010, the Company had three subsidiaries, which are Isin International Pte. Ltd., Indorama Industry Pte. Ltd. and JV Indorama Kokand Textile LLC.
 
Financial Data