Kunjungan Teman

Friday, May 20, 2011

Pemerintah AS Terancam Gagal Bayar

Ketidakmampuan membayar utang jatuh tempo tidak hanya akan menambah ongkos pinjaman pemerintah, tapi juga pinjaman swasta.
MENTERI Keuangan Amerika Serikat (AS) Timothy Geithner menyatakan kondisi utang pemerintahnya hampir menyentuh batas tertingginya, yakni US$14,3 triliun. Ia memperingatkan kondisi itu bisa berakibat bencana dan resesi baru jika Washington tidak bisa mengadakan utang baru.
Gagalnya Kongres AS menaikkan batas utang hingga hari ini memaksa Geithner merealokasi anggaran untuk memenuhi kewajibannya, termasuk membayar para pemegang obligasi mereka.
Namun, tindakan tersebut hanya bisa dilakukan hingga 2 Agustus. Setelah itu, Washington akan terpaksa mengemplang pembayaran yang dapat mengguncang paiar keuangan dunia.
"Default dapat memicu bencana tidak terkira terhadap ekonomi kita, mengurangi pertumbuhan secara signifikan,dan meningkatkan pengangguran," ujar Geithner dalam suratnya tertanggal Jumat (13/5) kepada senator asal Partai Demokrat Michael Ben-net seperti dikutip kantor berita Renters, kemarin.
Pemerintahan Obama dan para pembuat kebijakan hingga kini masih terus berseberangan mengenai cara mengekang laju utang AS. Partai Republik berkukuh menolak penaikan batas utang tanpa adanya pemotongan anggaran belanja secara lebih mendalam.
Namun, Geithner mengingatkan default, atau gagal bayar, tidak hanya akan menambah ongkos pinjaman bagi pemerintah, tapi juga bagi rata-rata rakyat AS, kalangan bisnis, dan pemerintah lokal.
"Kenaikan bunga obligasi akan meningkatkan ongkos sebuah keluarga dalam membeli rumah, kendaraan, atau untuk menyekolahkan anak mereka ke perguruan tinggi. Hal ini juga akan menyulitkan pengusaha memperoleh pinjaman untuk memulai usahaatau berinvestasi," ujarnya.
Hingga kini, negara ekonomi terbesar dunia tersebut masih dalam tahap pemulihan dari krisis finansial 2007-2009. Akan tetapi, 13,7 juta orang telah kehilangan pekerjaan dan tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) serta pangan mengancam proses pemulihan ekonomi. "Kontraksi tiba-tiba (belanja pemerintah) mungkin akan mendorong kita ke resesi double-dip," kata Geithner.
Saat ini Washington diperkirakan mencetak utang US$125 miliar per bulan. Sampai Kamis (12/5), batas pinjaman yang tersisa hanya US$38 miliar. Geithner dan Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke berulang kali mendesak agar Kongres AS segera menyetujui penambahan batas utang.
Ancaman inflasi
Pada kesempatan lain Washington mencatat inflasi April merupakan tertinggi dalam 2,5 tahun. Harga bahan bakar dan pangan menjadi kontributor utama. Namun, pertan-da adanya kenaikan harga konsumen masih sangat kecil untuk dapat menyulitkan The Fed.
Di sisi lain, sebuah survei memperlihatkan kenaikan tingkat inflasi juga menimbulkan kecemasan masyarakat AS mengenai kondisi keuangan mereka.
Harga konsumen tercatat meningkat 0,4% pada April, melambat ketimbang 0,5, pada Maret. Jumat (13/5) lalu, Departemen Tenaga Kerja mencatat kenaikan tersebut mendongkrak inflasi menyentuh angka 3,2% dan tercatat sebagai kenaikan inflasi tahunan tertinggi sejak Oktober 2008.
Terlepas dari gejolak harga pangan dan ongkos energi, inflasi inti naik tipis 0,2% dari Maret lalu. Kenaikan 1,3. dalam 12 bulan merupakan kenaikan tertinggi sejak Februari 2010.
The Fed bahkan memperkirakan angka tersebut akan mendekati 2% dalam beberapa waktu ke depan.

No comments:

Post a Comment