Kunjungan Teman

Monday, April 4, 2011

Tragedi, Demokrasi, Inflasi dan Spekulasi

History of The Blackswan


Nikkei Average anjlok sebesar 17,5 % dalam 3 hari perdagangan dengan capital outflow dari pasar ekuitas sebesar US$ 458 Miliar yang disebabkan tragedi gempa bumi, tsunami dan diikuti oleh kebocoran pada pembangkit listrik nuklirnya. Tragedi ini mengguncang pasar modal di seluruh dunia. Berikut sejarah besar reaksi  pasar ekuitas  terhadap sebuah bencana :


■Tragedi 11 September 2001, S & P koreksi tajam sebesar 11,6 % dalam 5 hari perdagangan dan recovery kembali ke level sebelum bencana dalam 14 hari perdagangan.
■Gempa Kobe 1995 di Jepang, N225 turun sebesar 7,6 % dalam 4 hari perdagangan dan baru kembali ke level sebelum bencana dalam waktu 11 bulan.
Blackswan adalah sebuah kejadian/fenomena yang tidak bisa diantisipasi atau diprediksi sebelumnya. Gempa sebesar 8.9 SR dan tsunami pada tanggal 11 Maret 2011 tersebut diprediksi membutuhkan dana rekonstruksi ekonomi  jepang mencapai US$ 2,4 Miliar.sehingga proyeksi utang pemerintah jepang akan naik 5,8% hingga menyentuh rekor US$ 12,2 Triliun pada tahun fiskal yang dimulai 11 April 2011.


Pasar Obligasi, data menunjukan government bond di jepang sebesar 90% diserap oleh investor domestik yang mayoritas bond holdernya adalah perusahaan-perusahaan keuangan dan sisanya diserap oleh onvestor asing. Dengan kejadian ini perusahaan-perusahaan tersebut menarik dananya pada obligasi yang dimiliki, dan di pasar saham yang menyebabkan kepanikan. Efek selanjutnya yang ditakutkan adalah data dari komposisi US debt dibawah ini :
1.       China US$1,2 Triliun
2.       Jepang US$ 886 Miliar
3.       Oil Exportir US$ 216 Miliar
4.       Brazil US$ 198 Miliar
5.       Carribian Banking Center US$ 167 Miliar
Jika jepang menaikkan cadangan cash-nya dengan “holding off” treasury Amerika akan menciptakan kekhawatiram bagi Washington.


Pasar Uang, ketika terjadi bencana ini mata uang Yen justru naik? BOJ menginjek sekitar US$ 183 Miliar ke money market dan dalam jangka pendek hingga menegah akan tetap dengan kebijakan easing money  policy nya untuk menenangkan situasi. Hal-hal yang menyebabkan yen naik adalah :
-          Cenderung karena adanya sell off  sebagian portonya yang dalam bentuk dollar oleh perusahaan-perusahaan asuransi untuk membayar claims atas bencana
-          Sejak bangkrutnya Lehmann Brother pada 2008, yen justru naik, bukan karena yen menarik namun dianggap lebih minimal resikonya dibandingkan dollar dan euro.
Bagi sebuah negara pengekspor terbesar jepang selalu menjaga nilai kursnya tidak menguat, karena kenaikan nilai mata uangnya berpengaruh terhadap neraca perdagangannya.


Apa efek tragedi ini bagi Indonesia dan seluruh negara di Dunia ?


Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi  pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sebagai berikut :
1.       Faktor Produksi
2.       Faktor Investasi
3.       Faktor Luar Negeri
4.       Faktor Lebijakan Moneter dan Inflasi
5.       Faktor Poltik

Dengan akumulasi cadangan devisa sebesar US$ 101,8 Miliar, Indonesia menonjol dibandingkan negara-negara sekitar di Asia Tenggara. Rating Surat Utang Indonesia yang naik dari Ba2 menjadi Ba 1 (satu tingkat dibawah Investment Grade) oleh Moody’s Investor service mendukung pertumbuhan ekonomi dan ketahanan terhadap krisis. Dengan adanya bencana ini faktor investasi dari beberapa proyek investasi kerjasama dengan jepang kemungkinan besar akan tertunda.


Yang menjadi perhatian  bukan hanya di Indonesia tapi seluruh negara di dunia yang akan menhambat pertumbuhan ekonomi adalah faktor inflasi. “uprising” yang terjadi kawasan timur tengah menyebabkan kenaikan harga energi, komoditi dan harga pangan dunia dan akan menjadi momok kedepannya. (read : http://nicoomer.blog.kontan.co.id/2011/03/28/apakah-hyperinflation-bisa-menghantam-amerika-serikat/)
Meskipun adanya bencana besar ini, sebagian besar Bank-bank Sentral dunia mengisyaratkan kebijakan Uang ketat dalam menghadapi inflasi. selain itu perlu dicermati adalah siklus krisi 15 tahunan (1982-1997) di emerging market  akibat derasnya hot money. Faktor Politik pun menjadi kendala, konflik horisontal dan vertikal yang terjadi belakangan ini akan menghambat faktor investasi di dalam negeri.


Faktor Luar Negeri, di era globalisasi seperti saat ini, apa yang terjadi di negara lain akan berpengaruh ke negara lain. Krisis di timur tengah, debt crisis di negara-negara eropa, krisis di Amerika yang berawal dari kasus subprime mortgage yang kemudian berkembang menjadi municipal debt  crisis yang oleh para ekonom sama bahayanya, dan yang baru terjadi, tragedi  di jepang.


Yang unik dari tragedi ini adalah pernyataan Menteri Keuangan Jepang belum lama ini yang menyatakan, “ apa yang dibutuhkan jepang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya adalah sebuah gempa yang besar”.


Bagaimanapun, sejarah membuktikan, ketika hirosima dan nagasaki di bom atom pada 09 Agustus 1945, gempa besar 1995 dan tragedi 2011 sekarang ini, bagi yang optimis Jepang akan kembali bangkit dan perekonomian akan dengan cepat kembali normal. Bagi yang pesimis, apa yang terjadi sekarang ini lebih kompleks dan complicated dari histori sebelumnya. Bagi saya, “who knows?”


Dari bocornya pembangkit listrik tenaga nuklir di fukushima Jepang, dunia semakin khawatir akan penggunaaan nuklir sebagai sumber energi. Beberapa negara yang berambisi akan teknologi ini seperti US, China, India,  Pakistan, Iran,  swedia, finlandia dan perancis akan meninjau kembali rencananya. Faktor Produksi yang kita miliki yang berasal dari Sumber Daya Alam seperti batubara, gas, dsb akan semakin diperlukan karena lebih aman, meskipun efek yang dihasilkannya juga sama bahayanya dalam jangka panjang dan ditentang oleh organisasi lingkungan hidup dunia. Sekali saya mengatakan, “who knows?”
Akhir kata, teori menyatakan fungsi uang adalah digunakan untuk saving, transaction and speculation. Permintaan uang untuk spekulasi selalu berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga. Mengutip pernyataan Warrant Buffett ketika di wawancarai  cnbc yang menyatakan, “ it’s only when tied goes out that you learn who has been swimming naked”.  . (Penulis : Fauzian Tambunan)

No comments:

Post a Comment