Kunjungan Teman

Monday, April 14, 2014

VIEW IHSG QII 2014 : TECHNICAL ANALYSIS

VIEW IHSG QII 2014 : TECHNICAL ANALYSIS
( Top Down Analysis )

Analisis yang digunakan adalah Analisis bersifat Top down Analysis  yaitu analisis hierarki ,
teknikal mengggunakan Teori Elliott Wave dikombinasikan fibbonacci retracement dan beberapa
indikator modern dengan sedikit Pola Chart. Penjelasan adalah sbb :

1. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

   Berikut beberapa skenario IHSG

   A. Unknown Extension Wave
   
  

Deskripsi :
Dengan menggunakan Teori elliott Wave IHSG kembali masuk motive phase, setelah fase
koreksi dari tanggal 21 Mei 2013 s/d 28Agustus 2013, tertinggi di level 5.251 dan terendah di
Level 3.837
       
Posisi major wave 1 di level 4.791 pada tanggal 19 September 2013 dan major wave 2 di level
4.109 pada tanggal 17 Desember 2013.

Saat ini IHSG running menentukan peak dari major wave 3 dengan pola kombinasi subwave
yang disebut dengan “unknown wave extension” dengan rules sbb :
a. terdiri dari 9 subwave
b. tiap subwave mempunyai pola hampir sama dengan mengunakan pola wave ini maka target IHSG adalah dikisaran level 5.014. RSI indikator mendukung IHSG dengan sentimen yang kuat

B. Pola Measured Move Up

          
Deskripsi :
Dengan menngunaka pola “measured move up” fase koreksi adala pola sideways dengan level
swing high dan swing low IHSG ada dilevel 4.903 dan 4.661 Jika menggunakan pola ini, target IHSG  di level retracement 138%-162% yaitu 5.150-5.250

Note : dari kedua prediksi tersebut diatas sebuah koreksi adalah koreksi sehat, bullish trend
           continuation akan tetap berlanjut di 2014

2. SEKTORAL

Pemilihan saham dianalogikan sebagai suatu Manajemen Portofolio dan untuk melihat sektoral
digunakan kurs rupiah terhadap Dollar (USD/IDR) sebagai benchmarknya. Dari situ kita bisa
melihat sentimen Rupiah terhadap IHSG dan bisa digambarkan secara simple performance
masing-masing sektor.

USD/IDR Terhadap IHSG

  

Setelah signal tapering-off akan diberlakukan oleh The Fed dipertengahan tahun 2013, terjadi
Capital  Outflow  yang  cukup  besar  dimulai  sekitar  bulan  Mei  2013  s/d  September  2013.
Beberapa Kurs di beberapa negara emerging market yang dianalogikan oleh Morgan Stanley
sebagai  “the  fragile  5”yaitu  Turki,  India,  Brazil,  Afsel  dan  Indonesia  terkena  dampak  yg
signifikan. Dari chart diatas gap antara IHSG dengan Rupiah masih terlihat besar, sentimen
pemilu bisa menjadi katalis penguatan rupiah. Berikut  performance sektoral dengan IHSG
sebagai benchmarknya.

A. IHSG TERHADAP SEKTOR AGRI DAN MINING


terlihat dalam gambar bisa kita simpulkan sektor Agri Outperformed terhadap IHSG dan untuk
mining volatilitas tinggi dan sifatnya Neutral terhadap IHSG

B.  IHSG THD SEKTOR FINANCE, CONSUMER, PROPERTY & KONSTRUKSI


chart  performance  tampak  sektor  konsumer  dan  infrastucture  sejalan  dengan  IHSG.
Finance sejalan dengan IHSG dan outperformed sedangkan untuk property performance          dibawah IHSG.

C. IHSG TERHADAP SEKTOR MANUFACTURE, TRADE BASIC IND & MISC INDUSTRI


Sama  halnya  dengan  sebelumnya  jika  pengukuran  performance  di  ukur  berdasarkan
performancenya maka outperformance hanya untuk Misc Industry. Yang lainnya performanced
masih di bawah performance IHSG.
KESIMPULAN :
  •  OUTPERFORMED : Agri ; Finance ; Misc Industry
  •  NEUTRAL : Consumer ; Infrastructure ; Manufacture ; Trade
  •  UNDERPERFORMED : Mining ; Property ; Basic Industry
(penilaian performance bukan dari valuasi sektoral termasuk saham di dalamnya, tapi efek
dari nilai Kurs Rupiah yang mempengaruhi performance IHSG)

3. STOCKPICK

A. SEKTOR AGRI

Seperti kita ketahui, CPO yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit hanya tumbuh di Asia
Tenggara dan sebagian Afrika. CPO terbesar diproduksi oleh dua negara yaitu Indonesia dan
Malaysia. Indonesia memasok 46,3 persen kebutuhan CPO dunia sedangkan malasia berkisar
38,9  persen,  sehingga  Indonesia  dan  Malaysia  menguasai  85  persen  pasar  CPO  dunia.
Dengan  prediksi  akan  terjadinya  Elnino  (analis)  di  tengah  tahun,  harga  CPO  diprediksi
mencapai  level  $3.000/ton  s/d  $3.500/ton  pada  Bulan  Juni  2014
saat ini relatime harga CPO diperdagangkan di level $813/ton.
Saham pilihan bisa kita gunakan dengan melihat fundamental emiten dengan menggunakan
excel didapat sebagai berikut :

PT. Astra Agro Lestari, Tbk ( AALI )




 PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk ( LSIP )
  • begitu pula dengan LSIP dalam tren yang sama dengan AALI, dengan leading di sektornya saham AALI dan LSIP bisa menjadi pilihan dalam memanage stockporfolio. Indikator semuanya mendukung trend.


    B. SEKTOR FINANCE 
    Dengan inflasi terjaga dan peran Bank sentral menjaga stabilitas kurs rupiah, sektor ini adalah
     sektor yang sangat berpengaruh, dimana sebagian besar emiten berkapitalisasi besar adalah
     saham sektor ini. Stock Pick sektor ini adalah dibagi 2 yaitu saham kapitalisasi besar yaitu       BBRI dan saham berkapitalisasi sedang/kecil di 2nd liner dengan valuasi yang masih murah.


    PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk ( BBRI ) 


    RSI dalam trend yang positif, Moving Average terjaga dan MFI yang rapi menunjukan saham
    BBRI sebagai penyeimbang IHSG. 
   
PT. Bank Bukopin, Tbk ( BBKP ) 
BBKP, terlihat harga sedang dalam fase konsolidasi terlihat dengan menggunakan indikator
moving  average  dan  pola  Symmetrical  Triangle.  Setelah  point  C  tersentuh  adalah
pembalikan trend seblumnya.

C. SEKTOR MISC INDUSTRY

Sebagian besar saham di sektor ini kurang liquid, namun di sektor ini saham Astra International
(ASII) berkapitalisasi besar dan saham ini sebagai stockpicknya. Dan saham kedua adlah dipilih
saham yang valuasi murah dan likuid. Dan dipilih saham ADMG.
PT. Astra International, Tbk (ASII)


Jika  kita  perhatikan  dan  menggabungkan  performance  antara  IHSG  dengan  saham  ASII,
saham ini berjalan sejalan dengan IHSG. Jadi jika simpulkan jika IHSG naik dalam jangka
waktu  tertentu  saham  ini  juga  ikut  naik.  Indikator  Moving  Average,  RSI  dan  MACD
menunjukan strength yang kuat atas kelanjutan trend.

Catatan : Pemilihan sektor dan saham di dalamnya adlah dengan melihat
performanced  IHSG  atas  nilai  kurs  Rupiah,  dan  didapat
performanced  tersebut  diatas,  indikator  makro  ekonomi  lainnya
dikesampingkan.