( Top Down Analysis )
Analisis yang digunakan adalah Analisis bersifat Top down Analysis yaitu analisis hierarki ,
teknikal mengggunakan Teori Elliott Wave dikombinasikan fibbonacci retracement dan beberapa
indikator modern dengan sedikit Pola Chart. Penjelasan adalah sbb :
1. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
Berikut beberapa skenario IHSG
A. Unknown Extension Wave
Deskripsi :
Dengan menggunakan Teori elliott Wave IHSG kembali masuk motive phase, setelah fasekoreksi dari tanggal 21 Mei 2013 s/d 28Agustus 2013, tertinggi di level 5.251 dan terendah di
Level 3.837
Posisi major wave 1 di level 4.791 pada tanggal 19 September 2013 dan major wave 2 di level
4.109 pada tanggal 17 Desember 2013.
Saat ini IHSG running menentukan peak dari major wave 3 dengan pola kombinasi subwave
yang disebut dengan “unknown wave extension” dengan rules sbb :a. terdiri dari 9 subwave
b. tiap subwave mempunyai pola hampir sama dengan mengunakan pola wave ini maka target IHSG adalah dikisaran level 5.014. RSI indikator mendukung IHSG dengan sentimen yang kuat
B. Pola Measured Move Up
Deskripsi :
Dengan menngunaka pola “measured move up” fase koreksi adala pola sideways dengan levelswing high dan swing low IHSG ada dilevel 4.903 dan 4.661 Jika menggunakan pola ini, target IHSG di level retracement 138%-162% yaitu 5.150-5.250
Note : dari kedua prediksi tersebut diatas sebuah koreksi adalah koreksi sehat, bullish trend
continuation akan tetap berlanjut di 2014
2. SEKTORAL
Pemilihan saham dianalogikan sebagai suatu Manajemen Portofolio dan untuk melihat sektoral
digunakan kurs rupiah terhadap Dollar (USD/IDR) sebagai benchmarknya. Dari situ kita bisa
melihat sentimen Rupiah terhadap IHSG dan bisa digambarkan secara simple performance
masing-masing sektor.
USD/IDR Terhadap IHSG
Setelah signal tapering-off akan diberlakukan oleh The Fed dipertengahan tahun 2013, terjadi
Capital Outflow yang cukup besar dimulai sekitar bulan Mei 2013 s/d September 2013.
Beberapa Kurs di beberapa negara emerging market yang dianalogikan oleh Morgan Stanley
sebagai “the fragile 5”yaitu Turki, India, Brazil, Afsel dan Indonesia terkena dampak yg
signifikan. Dari chart diatas gap antara IHSG dengan Rupiah masih terlihat besar, sentimen
pemilu bisa menjadi katalis penguatan rupiah. Berikut performance sektoral dengan IHSG
sebagai benchmarknya.
A. IHSG TERHADAP SEKTOR AGRI DAN MINING
terlihat dalam gambar bisa kita simpulkan sektor Agri Outperformed terhadap IHSG dan untuk
mining volatilitas tinggi dan sifatnya Neutral terhadap IHSG
B. IHSG THD SEKTOR FINANCE, CONSUMER, PROPERTY & KONSTRUKSI
chart performance tampak sektor konsumer dan infrastucture sejalan dengan IHSG.
Finance sejalan dengan IHSG dan outperformed sedangkan untuk property performance dibawah IHSG.
C. IHSG TERHADAP SEKTOR MANUFACTURE, TRADE BASIC IND & MISC INDUSTRI
Sama halnya dengan sebelumnya jika pengukuran performance di ukur berdasarkan
performancenya maka outperformance hanya untuk Misc Industry. Yang lainnya performanced
masih di bawah performance IHSG.
KESIMPULAN :
- OUTPERFORMED : Agri ; Finance ; Misc Industry
- NEUTRAL : Consumer ; Infrastructure ; Manufacture ; Trade
- UNDERPERFORMED : Mining ; Property ; Basic Industry
dari nilai Kurs Rupiah yang mempengaruhi performance IHSG)
3. STOCKPICK
A. SEKTOR AGRI
Seperti kita ketahui, CPO yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit hanya tumbuh di Asia
Tenggara dan sebagian Afrika. CPO terbesar diproduksi oleh dua negara yaitu Indonesia dan
Malaysia. Indonesia memasok 46,3 persen kebutuhan CPO dunia sedangkan malasia berkisar
38,9 persen, sehingga Indonesia dan Malaysia menguasai 85 persen pasar CPO dunia.
Dengan prediksi akan terjadinya Elnino (analis) di tengah tahun, harga CPO diprediksi
mencapai level $3.000/ton s/d $3.500/ton pada Bulan Juni 2014
saat ini relatime harga CPO diperdagangkan di level $813/ton.
Saham pilihan bisa kita gunakan dengan melihat fundamental emiten dengan menggunakan
excel didapat sebagai berikut :
- begitu pula dengan LSIP dalam tren yang sama dengan AALI, dengan leading di sektornya saham AALI dan LSIP bisa menjadi pilihan dalam memanage stockporfolio. Indikator semuanya mendukung trend.
B. SEKTOR FINANCEDengan inflasi terjaga dan peran Bank sentral menjaga stabilitas kurs rupiah, sektor ini adalahsektor yang sangat berpengaruh, dimana sebagian besar emiten berkapitalisasi besar adalahsaham sektor ini. Stock Pick sektor ini adalah dibagi 2 yaitu saham kapitalisasi besar yaitu BBRI dan saham berkapitalisasi sedang/kecil di 2nd liner dengan valuasi yang masih murah.
PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk ( BBRI )
BBRI sebagai penyeimbang IHSG.
PT. Bank Bukopin, Tbk ( BBKP )
BBKP, terlihat harga sedang dalam fase konsolidasi terlihat dengan menggunakan indikator
moving average dan pola Symmetrical Triangle. Setelah point C tersentuh adalah
pembalikan trend seblumnya.
moving average dan pola Symmetrical Triangle. Setelah point C tersentuh adalah
pembalikan trend seblumnya.
C. SEKTOR MISC INDUSTRY
Sebagian besar saham di sektor ini kurang liquid, namun di sektor ini saham Astra International
(ASII) berkapitalisasi besar dan saham ini sebagai stockpicknya. Dan saham kedua adlah dipilih
saham yang valuasi murah dan likuid. Dan dipilih saham ADMG.
PT. Astra International, Tbk (ASII)
Jika kita perhatikan dan menggabungkan performance antara IHSG dengan saham ASII,
saham ini berjalan sejalan dengan IHSG. Jadi jika simpulkan jika IHSG naik dalam jangka
waktu tertentu saham ini juga ikut naik. Indikator Moving Average, RSI dan MACD
menunjukan strength yang kuat atas kelanjutan trend.
saham ini berjalan sejalan dengan IHSG. Jadi jika simpulkan jika IHSG naik dalam jangka
waktu tertentu saham ini juga ikut naik. Indikator Moving Average, RSI dan MACD
menunjukan strength yang kuat atas kelanjutan trend.
Catatan : Pemilihan sektor dan saham di dalamnya adlah dengan melihat
performanced IHSG atas nilai kurs Rupiah, dan didapat
performanced tersebut diatas, indikator makro ekonomi lainnya
dikesampingkan.
performanced IHSG atas nilai kurs Rupiah, dan didapat
performanced tersebut diatas, indikator makro ekonomi lainnya
dikesampingkan.